Employee Engagement adalah sebuah konsep fundamental untuk membantu mengukur dan mengelola perspektif karyawan terhadap elemen penting dalam keterlibatan serta antusiasmenya terhadap pekerjaan dan tempat kerja mereka dalam hubungannya antara organisasi perusahaan dan karyawannya. Konsep ini awalnya di populerkan oleh Gallup Consultant pada tahun 2004 dan terus di kembangkan dan di adopsi hingga saat ini.

Anda dapat mengetahui apakah karyawan Anda secara aktif terlibat dengan pekerjaan mereka atau hanya sekedar menghabiskan waktu mereka saja.

Anda dapat mengetahui apakah aktivitas membangun tim dan praktik sumber daya manusia akan memengaruhi hasil bisnis yang positif atau memiliki ruang untuk berkembang.

Dan dengan pendekatan yang tepat, Anda dapat mempelajari cara meningkatkan hubungan karyawan terhadap pekerjaan dan perusahaan Anda.

 

Mengapa Employee engagement penting untuk perusahaan

ketika konsep employee engagement diterapkan secara tepat kepada karyawan, mereka akan memiliki otonomi dan ownership yang lebih tinggi. hal ini sangat penting dan krusial ketika perusahaan menghadapi masa krisis seperti resesi, pandemi dan lain-lain, karyawan anda cenderung akan lebih memiliki ketahanan menghadapi situasi sulit tersebut.

Bahkan ketika berada di masa yang baik, karyawan anda akan sangat membantu perusahaan untuk dapat bertumbuh pesat dan dapat mempengaruhi brand perusahaan dan budaya kerja organisasi anda.

 

Faktor Pendorong Employee engagement

Salah satu kesalahan yang sering terjadi pada perusahaan yaitu beranggapan bahwa gaji yang cukup dan membuat karyawan senang sudah di rasakan cukup, padahal faktanya sebenarnya karyawan menginginkan lebih dari itu.

Manusia menginginkan Tujuan dan Makna dari hasil pekerjaan mereka, Mereka ingin tahu di mana kelebihan dan kekuatan mereka. Mereka juga menginginkan hubungan yang baik khususnya dengan Manager atau pemimpin mereka yang dapat memberikan Coaching untuk mereka untuk naik ke level selanjutnya. hal inilah yang dapat mendorong keterlibatan karyawan.

Berikut ini 5 hal yang menjadi pendorong employee engagement:

  1. Tujuan (Purpose)
  2. Perkembangan (Development)
  3. Manager yang Perduli (Caring Manager)
  4. Percakapan Pembinaan (Ongoing Conversation)
  5. Fokus pada kekuatan (Focus on Strengths)

Peran manager atau Pemimpin menyumbang 70% dari varian employee engagement, keterampilan seorang pemimpin mampu merubah mindset karyawan menjadi seperti gambar di bawah ini.

(credit : Gallup Discovery) 

 Keterlibatan karyawan harus menjadi tanggung jawab peran utama seorang manajer.

Manajer bertanggung jawab untuk memastikan bahwa karyawan mengetahui pekerjaan apa yang perlu dilakukan, mendukung dan mengadvokasi mereka bila diperlukan, dan menjelaskan bagaimana pekerjaan mereka berhubungan dengan kesuksesan organisasi.

Untuk berhasil dalam tanggung jawab itu, manajer perlu diperlengkapi untuk melakukan percakapan pembinaan yang berkelanjutan dengan karyawan.

Sayangnya, sebagian besar manajer tidak tahu cara membuat percakapan yang sering menjadi bermakna, sehingga tindakan mereka lebih cenderung ditafsirkan sebagai pengelolaan mikro tanpa memberikan alat dan arahan yang tepat.

 

” KARYAWAN YANG MENERIMA FEEDBACK HARIAN DARI MANAJER MEREKA 3X LEBIH MUNGKIN TERLIBAT DARIPADA MEREKA YANG MENERIMA FEEDBACK SATU TAHUN ATAU KURANG.”

 

Empat Level Hirarki employee engagement Model

Empat Level hirarki pada gambar dibawah ini merupakan model yang harus di penuhi untuk mendapatkan keterlibatan karyawan secara aktif, mengabaikan ke empat level ini akan beresiko membuat karyawan perusahaan anda demotivasi dan tidak engaged terhadap pekerjaan mereka :

Memenuhi kebutuhan di tiga tingkat dasar dapat menciptakan lingkungan kepercayaan dan dukungan yang memungkinkan manajer dan karyawan mendapatkan hasil maksimal dari pertumbuhan pribadi pada tingkat teratas.

 Level-level ini memberikan peta jalan bagi para manajer untuk memotivasi dan mengembangkan anggota tim mereka dan meningkatkan kinerja anggota tim, dengan masing-masing membangun level sebelumnya.

Level tidak mewakili fase. Manajer tidak “menyelesaikan” level pertama dan kemudian melanjutkan ke level kedua. Mereka harus memastikan semuanya bahwa karyawan mengetahui apa yang diharapkan dari mereka dan memiliki bahan dan peralatan yang tepat untuk melakukan pekerjaan mereka sekaligus memenuhi kebutuhan di tingkat kedua, ketiga, dan keempat.

Manajer harus, dengan anggota timnya, mengidentifikasi kebutuhan dan hambatan secara berkelanjutan dan idealnya mengambil tindakan sebelum tantangan menghambat kinerja karyawan mereka.

Konsultasi dengan Kami